Capacity Building Tim Pengendalian Inflasi Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (TPID DIY) ke Tim Pengendalian Inflasi Daerah Nusa Tenggara Barat (TPID NTB) yang dilaksanakan pada hari Selasa – Jumat, tanggal 30 Juli – 2 Agustus 2024. Pada tahun 2024, Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat berhasil mendapatkan prestasi TPID Provinsi berkinerja terbaik, diikuti dengan Kota Mataram sebagai TPID Kabupaten/Kota IHK berkinerja terbaik, dan Kabupaten Lombok Barat sebagai TPID Kabupaten/Kota non IHK berkinerja terbaik. Prestasi tersebut melatarbelakangi kegiatan Capacity Building yang dilakukan TPID DIY dalam rangka peningkatan kualitas dan efektivitas pengendalian inflasi di DIY. Selain itu, Provinsi NTB juga dianggap memiliki karakteristik yang serupa dengan DIY, yaitu sebagai daerah wisata yang masih mengunggulkan sektor pertanian sebagai penopang PDRB. Langkah strategis pengendalian inflasi yang dilakukan oleh TPID NTB selain bertumpu pada 4 K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) juga terdapat upaya pengendalian inflasi jangka menengah-panjang yang terdiri dari :
- Produksi :
- Mendorong perbaikan sistem budidaya dan intensifikasi lahan (peningkatan produktivitas).
- Membangun infrastruktur produksi, memberi dukungan alsintan dan adopsi teknologi (digital farming) bagi para petani.
- Infrastruktur :
- Penguatan tata ruang terkait irigasi dalam rangka optimalisasi fungsi bendungan bagi pertanian.
- Penguatan peran digitalisasi untuk distribusi dan perdagangan.
- Pemanfaatan teknologi gudang berbasis teknologi ozon sebagai gudang penyimpanan tanaman hortikultura (cabai dan bawang merah).
- Kelembagaan :
- Percepatan pembentukan BUMD Pangan termasuk di Kabupaten/Kota.
- Penguatan kelembagaan pertanian, penguatan basis data pertanian, dan peningkatan kapasitas SDM pertanian.
- Penguatan kapasitas pembiayaan petani.
TPID Nusa Tenggara Barat berupaya meningkatkan produktivitas pertanian melalui program infratani, digital farming, serta pemanfaatan bibit unggul amphibi Gama Gora 7. Inovasi digital farming dilakukan pada klaster bawang merah mampu meningkatkan produktivitas serta efisiensi biaya produksi hingga 20% dengan penggunaan teknologi Jinawi Smart Fertilizing System (pendeteksi unsur hara dan memberikan rekomendasi pemupukan), Bathara Sensor Weather and Pest Identification (sistem pintar pendeteksi cuaca dan hama yang terintegrasi dengan aplikasi android RiTX Bertani), dan teknologi ozon untuk penyimpanan bawang merah pasca panen. Sedangkan penggunaan varietas bibit padi unggul Gama Gora 7 mampu meningkatkan produktivitas hingga 7-8 ton/ha yang dapat ditaman pada lahan sawah maupun tadah hujan dengan memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit serta dapat menyiasati penurunan produksi akibat perubahan iklim.
TPID NTB bersama KPw. Bank Indonesia NTB melakukan inisiasi integrasi ekosistem pengendalian inflasi dengan melibatkan klaster pangan binaan yang telah menerapkan budidaya pertanian organik dan digital farming dalam hal ini Klaster Padi Sapurata bekerja sama dengan offtaker swasta di NTB (Koperasi Mutiara Amanah), di mana offtaker dapat melakukan penyerapan komoditas gabah dan/atau beras baik dari klaster secara langsung maupun dari mitra penggilingan (RMU). TPID NTB secara khusus memberikan pembinaan terhadap kluster volatile food sebagai penyumbang inflasi, seperti komoditas bawang merah, padi, dan cabai rawit. Teknologi ozon untuk bawang merah hanya digunakan 1 jam per hari, dengan teknologi tersebut dapat membuat bawang merah yang lebih awet serta kualitas yang meningkat sehingga dapat dilakukan tunda jual.
Teknologi ozon digunakan untuk mengurangi fusarium (fungi) atau jamur, sehingga dapat menambah masa daya simpan dapat dilakukan penyimpanan hingga 6 bulan. Sejauh ini penerapan teknologi ozon mampu menyimpan 25 hingga 35 ton sebagai pilot project dimana hanya membutuhkan biaya Rp 80 juta untuk instalasi alat. Secara seasonal pada bulan Mei dan Desember bawang merah di DIY mengalami lonjakan harga, jika terdapat produksi berlebih di NTB diharapkan dapat diserap pelaku usaha DIY dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga.
Selain komoditas hortikultura, Provinsi NTB juga memiliki potensi komoditas hewan ternak seperti sapi dan kerbau. Setidaknya terdapat 3 kabupaten yang menjadi sentra ternak di NTB, yakni Bima, Sumbawa, dan Dompu. Kabupaten Sumbawa telah menetapkan kuota produksi sapi pada 2024 sebesar 20.000 ekor, dimana per 30 Juli masih terdapat 14.978 ekor sapi, telah terdapat RPH dengan fasilitas freezer untuk pembekuan daging. Peternak Kabupaten Bima sejak tahun 2020 belum memiliki pasar tetap, selama ini ternak dari Bima hanya dijual untuk pasar kurban di Jakarta hingga 16.000 ekor per tahun, selain itu juga terdapat potensi penggemukan untuk hewan ternak di Bima. Peternak Bima mengharapkan untuk dapat menjual ternak mereka ke pasar selain di Jakarta.
KPw. Bank Indonesia DIY menyampaikan bahwa KAD dapat dilakukan dengan berbagai pihak seperti BPD maupun Badan Usaha di masing-masing Kabupaten/Kota dapat menjadi offtaker dan dapat dilakukan fasilitasi dalam berbagai bentuk seperti subsidi ongkos kirim, pemberian insentif pajak, pembukaan akses pasar, dan lain sebagainya. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi komoditas ternak sapi dan bawang merah untuk dikerjasamakan dalam rangka pemenuhan pasokan di daerah. Kerja sama antar daerah (KAD) ditujukan sebagai upaya stabilisasi harga dan pasokan yang mendukung pengendalian inflasi. Melalui capacity building ini, terdapat beberapa hal yang dapat ditingkatkan di DIY, yaitu:
- Peningkatan produktivitas tiap lahannya, mengingat Provinsi NTB menghasilkan produksi yang cukup besar tiap hektare luasan.
- Teknologi penyimpanan ozon di mana dapat menambah daya tahan masa simpan komoditas pangan.
- Teknologi pengolahan pasca panen agar dapat dikonsumsi lebih lama seperti mengolah cabai menjadi bubuk ataupun pasta cabai